[MISTERI] Pesugihan Keluarga Ningrat "Ngipri Kethek"

Perjanjian dengan makhluk ghaib dalam usaha mencari pesugihan seringkali meninggalkan cerita yang dapat kita pelajari bersama bahwa pesugihan ini merugikan banyak pihak. Pesugihan tidak hanya berdampak buruk bagi pihak yang menjadi tumbal, akan tetapi pesugihan juga akan berdampak buruk bagi pelaku pesugihan itu sendiri bahkan ke keturunan-keturunan selanjutnya dari pelaku pesugihan. (Konon) pelaku dan orang yang dijadikan tumbal pesugihan, sukmanya tidak akan tenang.

Salah satu cerita tentang Pesugihan pernah ditulis oleh Re*** *********dja. Sebenarnya, ada beberapa pantangan dari cerita ini, karena ini akan menarik sedikit hal yang berbau sensitif. Tapi, tujuannya di angkat kisah ini adalah untuk memberikan edukasi serta pelajaran terkait sesuatu yang mungkin belum kita ketahui secara dalam. Kita tidak usah membahas ''dimana tempatnya?'' atau berkaitan ''apakah ini kisah nyata?''

Kisah ini berawal dari salah seorang bernama sebut saja Aisyah. dia adalah narasumber dari kisah ini.

*Semua nama telah disamarkan*

Ini adalah kisahku. Kisah keluargaku yang selamat dari tumbal pesugihan yang dijalani oleh salah satu anggota keluarga dari ibuku. Sudah banyak korban yang berjatuhan yang berasal dari keluargaku sendiri. Bahkan yang parah, beberapa tetangga juga telah mengalami hal yang serupa. Banyak dari mereka yang tidak mengetahui jika bibiku adalah dalang di balik kematian semua keluarga dan beberapa tetangga yang ada. Aku sendiri masih berpikir, mengapa salah satu anggota keluarga dari ibu melakukan hal ini? Apakah karena memang harta kekayaan saja yang dia inginkan? Bahkan, teruntuk bisa selamat dari pesugihan ini, tiap dari kami harus benar-benar memutuskan ikatan kekeluargaan yang memang sudah terikat lama. Tapi, dengan cara itulah kami benar-benar selamat dari jeratan ‘’ngipri ketek’’ yang telah dijalankan oleh salah satu anggota keluarga ibuku selama berpuluh-puluh tahun.​



Bagian 1 - JIN KALA IRENG
Bagian 2 - GETIH BIRU
Bagian 3 - RITUAL PEMBUKA
Bagian 4 -
Bagian 5 -


 
Bagian 1 - JIN KALA IRENG


''Sosok itu datang dengan tawa yang sangat mengerikan. di saat bapakku mengambil air di ruangan belakang, perut ibuku dicakar olehnya. katanya, jin itu ingin mengambil bayi yang dikandung di dalamnya.''

Namaku adalah Aisyah. Aku adalah anak ke-2 dari pasangan keluarga yang bisa dibilang masih memiliki daerah ningrat (biru). Bapakku bernama Artonegoro sedangkan ibuku bernama Esa Suratmi. Dan satu lagi, aku memiliki seorang kakak bernama Rahardian Artonegoro.

Sebelum aku bercerita lebih dalam terkait kebusukan keluarga ningratku, aku hanya meminta kepada teman-teman semua untuk menyamarkan semua nama dan apapun yang berkaitan dengan hal ini. Sejujurnya, aku masih takut. aku masih takut tatkala keluarga kami-lah yang akan menjadi incaran selanjutnya. Karena, hanya keluarga kami-lah yang semua anggota keluarganya masih utuh. beberapa dari keluarga ibu sudah banyak yang meninggal. Dan tiap kali meninggal, bagian belakang tubuhnya terasa kopong (kosong), perutnya mengering, tulang-tulang terlihat dengan jelas, wajahnya memucat seperti mayit yang hanya diberi nafas tanpa diberi leluasa untuk bergerak. Dan tiap kali meninggal, bagian belakang tubuhnya terasa kopong (kosong). perutnya mengering. tulang-tulang terlihat dengan jelas. wajahnya memucat seperti mayit yang hanya diberi nafas tanpa diberi leluasa untuk bergerak. Kisah saat dimana nenekku masih hidup beserta petakanya itu sendiri.


10 TAHUN SEBELUMNYA …

Saat dimana kami semua masih tinggal di rumah yang sama dan masih memiliki hubungan antar sesama yang baik-baik saja. Bapak dan ibuku menikah di pertengahan tahun 85-an. mereka berdua benar-benar orang yang memiliki pendirian kuat terhadap agama. Bapak memiliki kelebihan dari bidang supranatural-nya. namun, dia belum sempurna dalam mendalami hal tersebut. Hal ini di karenakan, saat bapakku ingin memperdalam hal keilmuan tersebut, ibuku sedang hamil anak pertama yang merupakan kakakku sendiri. kelak bayi itu akan diberi nama Rahardian. Sehingga, di waktu kecil, seluruh anggota keluargaku benar-benar harus memiliki dasar agama yang kuat. Jika tidak, maka akan mudah mendapatkan serangan yang datangnya dari keluarga sendiri.

Sebelumnya, aku akan ceritakan keluarga dari ibuku yang didramatisir memiliki sebuah pandangan terkait pesugihan monyet (ngipri ketek). Ibuku adalah anak terakhir dari 7 orang bersaudara. Adapun nama anak-anak dari nenekku sebagai berikut :

Nenek : Nyi Endang Suratmi (Almh)
Kakek : Raden Argoyo Pripto (Alm)
Nama anak-anak :
1. Rahayu Sukaesih
2. Neneng Aditama
3. Sugeng Ardian
4. Krishna Agung Jaya
5. Pangarep Imantusti
6. Ina Pangaling
7. Esa Suratmi

Itu adalah nama-nama anak dari nenekku yang kebetulan semuanya memiliki lelakon (nasib/ perjalanan hidup) yang berbeda-beda. Bisa di bilang, dari semua anak nenek-nenekku, hanya beberapa yang memang sudah menyadari akan kejanggalan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga ibu. Namun, mereka berusaha untuk menutupi satu sama lain karena satu hal yang membuatnya tidak ingin ikut campur. Jika mereka sampai berkata kalau di lingkungan keluarga ada yang melakukan pesugihan, maka nantinya, dia sendiri yang akan dijadikan tumbal. Karena itulah, tidak semua keluarga nenek berani berkata hal demikian. mereka yang tahu akan hal ini, umumnya akan menutupi diri dan berpura-pura untuk tidak tahu.

Rumah nenek sangat besar. Saking besarnya, rumah tersebut memuat 7 anak beserta dengan masing-masing keluarganya. Namun, di balik besarnya naungan yang menaungi seluruh anggota keluarga, ada sesuatu yang menarik perhatian terkait salah satu tingkah anggota keluarga yang memang sangat tertutup. Hal ini bermula di saat, alm. nenekku mengatakan hal yang mencengangkan terhadap ibuku. Hal ini lah yang menjadi pertanda awal jika dari keluargaku benar-benar ada yang tidak beres.

“Esa, kamu harus keluar dari rumah ini secepatnya. Ibu sudah tidak sanggup lagi dihantui kematian tiap harinya.”

Ibu yang saat itu tidak mengerti apapun hanya bisa menanyakan, apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Apakah karena memang nenekku saat itu sudah berumur, sehingga dari perkataan dan kalimat yang diucapkannya benar-benar sudah sedikit ngawur dan tidak jelas? Akan tetapi, ketika nenekku sudah berkata hal itu kepada ibu, di tiap malamnya, ibu selalu berteriak-teriak seperti orang yang berada dalam ketakutan yang sangat besar. Sampai-sampai, seluruh keluarga yang berada di rumah tersebut benar-benar dalam keadaan terganggu jika tiap malam nenek selalu berteriak ketakutan. Dan tiap kali nenek berteriak, ibu selalu menenangkan nenek dan berkata kepada nenek terkait apa yang baru saja terjadi.

Nenek hanya berkata, jika dirinya selalu didatangi oleh sosok siluman ketek (monyet) yang jumlahnya sangat banyak. Siluman ketek (monyet) itu terus menerus mengganggu tidur nenek. Namun, ada pengecualian dari sosok siluman monyet yang dikatakan oleh nenek. Sosok siluman monyet yang dikatakan oleh nenek, ternyata sangat beragam jenisnya. Teruntuk yang mengganggu nenek di malam hari, sosok siluman ketek tersebut berwujud seperti hewan monyet pada umumnya, Yang membedakan, monyet tersebut memiliki buntut yang agak panjang, memiliki bulu yang berwarna putih dan bergigi taring yang sangat tajam. Mereka semua (siluman monyet tersebut), seringkali menginjak-injak tubuh nenek ketika sedang tidur. Bahkan yang lebih parah, beberapa dari mereka juga sering kali mengikatkan kedua tangan nenek dengan buntut-buntutnya yang sangat panjang.

Sewaktu nenek menceritakan hal ini kepada ibu, ibu tidak langsung percaya. Ibu hanya merasa ragu dengan apa yang ada di pikiran nenek saat itu. Hal yang membaut ibu ragu sendiri adalah karena usia nenek yang sudah berumur atau tua. Bisa dibilang, ibu masih menganggap kalau nenek hanya berhalusinasi atau mengada-ngada sesuatu yang sangat sulit untuk dipercaya. Namun akhirnya, segala pandangan ibu pun berubah saat dirinya sendiri melihat suara monyet yang berasal di rumah ibu ketika suatu malam.

Tepat saat itu adalah selasa kliwon. Ibu yang kebetulan ingin menuju ke kamar mandi harus melewati kamar nenek yang letaknya tidak terlalu jauh dengan ruang makan dan juga kamar mandi. Saat ibu melewati kamar nenek, ibu mendengar suara monyet yang begitu sangat jelas. Suara itu benar-benar mengagetkan ibu. Pasalnya, baru kali ini dirinya mendengar suara monyet yang saling bersahutan seperti sedang menikmati sesuatu yang ada di sekitarannya. Dengan perasaan yang sangat penasaran, ibu pun langsung membuka kamar nenek yang kebetulan tidak terkunci.

Saat ibu membuka kamar nenek, ibu melihat nenek sedang terduduk di kasur namun dengan pandangan yang membelakangi pintu.

Bu, ibu belum tidur?” Tanya ibuku kepada nenek

Nenek hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sesaat setelah dirinya menggeleng-geleng, tangannya tiba-tiba menggaruk-garuk kepalanya mirip seperti tingkah monyet yang seringkali menggaruk-garuk kepalanya.

Bu? Ibu gak apa-apa, kan?”

Nenek hanya mengangguk. Ia pun kemudian membunyikan suara gigi yang digesekkan satu sama lain seperti tingkah monyet yang sering kali menggesekkan gigi-giginya. Dari situ, ibu sebenarnya sudah agak curiga. Ibu merasa jika neneknya tersebut sedang mengalami kesurupan. Alhasil, ibuku pun langsung memanggilkan suaminya yang kebetulan mengerti dan paham betul akan apa yang berada di dalam tubuh ibu. Bapakku saat itu sedang dalam keadaan yang sangat lelah. Namun, karena ini aadalah tugasnya, ia pun langsung memeriksa mertuanya yang kebetulan sedang mengalami tingkah yang aneh seperti sedang dalam keadaan kesurupan.

Saat bapakku (Pak Artonegro) datang ke kamar nenek, ia terkejut melihat banyak siluman monyet yang sedang berjejer rapih di dekat tempat tidurnya. Mereka semua langsung memberikan pandangan yang kurang mengenakkan terhadap bapak. Awalnya, bapak mengira jika nenekku ketempelan oleh kiriman-kiriman yang memang seringkali menyerang keluargaku. Bapak pun sebisa mungkin untuk mengeluarkan sosok yang memasuki tubuh nenek. Terasa dengan jelas energi yang besar yang memasuki tubuh nenek. Secara perlahan, akhirnya bapak mampu bisa mengeluarkan sosok tersebut.

Mengetahui hal tersebut, bapak pun akhirnya meminta pertolongan kepada salah satu temannya yang kebetulan seringkali menolong keluarganya. Dia bernama Kang Waris. Meminta pertolongan Kang Waris terkait sosok apa yang seringkali menempeli tubuh nenekku saat itu. Kang Waris tidak mampu menceritakan hal itu secara detail. Wajahnya penuh dengan kecemasan saat dirinya mengetahui sosok apa yang benar-benar memasuki tubuh nenekku.

Kang, siapa yang mengirim kiriman ini?” Tanya bapak

Alangkah baiknya, kalian semua untuk segera membawa Nyi Endang untuk keluar dari rumah ini.” Ucapnya dengan wajah penuh kekhawatiran

Memangnya kenapa, kang?” Tanya bapak

Ada salah satu anggota keluarga di rumah ini yang berlaku curang. Dia sengaja mencari celah hanya untuk mengambil seluruh warisan yang ada di keluarga ini dan menggantikannya dengan harta kekayaan yang akan di dapatkannya dengan cara menumbalkan Nyi Endang.

Mendengar hal tersebut, bapak dan ibuku langsung terkejut. Ternyata, nenekku akan dijadikan tumbal oleh salah satu keluarga yang berada di rumah ini. Selain itu juga, semenjak kasus ini berlangsung, tidak ada satu pun anggota keluarga yang peduli. Bisa dibilang mereka semua sibuk dengan urusannnya masing-masing. Hal inilah yang membuat Kang Waris menyuruh kepada bapak dan juga ibuku untuk mengeluarkan nenek dari rumah. Pasalnya dari ketujuh anak nenek, hanya ibu lah yang memiliki peran penting dan merawat nenek dengan baik.

Maaf, kang. Kalau boleh tahu, kenapa ibuku yang dijadikan tumbal?” Tanya ibuku kepada Kang Waris.

Ibumu masih memiliki garis keturunan ningrat. Salah satu syarat untuk menumbalkannya adalah dengan membunuh salah satu garis keturunan tersebut. Namun, itu bukanlah alasan utama. Alasan utama ibumu yang akan dijadikan tumbal adalah karena pelaku benar-benar ingin menguasai warisan yang berada di rumah ini.” Jelas Kang Waris kepada ibu

Di saat Kang Waris sedang menjelaskan hal tersebut, tiba-tiba, kakak dari ibu yaitu Mas Pangarep, masuk ke dalam kamar sembari menatap Kang Waris dengan tatapan yang sangat tajam. Kang Waris pun memandangi balik sorotan mata Mas Pangarep yang tajam dan tidak beretika tersebut.

Apa maksudmu dengan perkataan seperti itu?” Tanya Mas Pangarep kepada Kang Waris.

Sembari tersenyum, Kang Waris meminta kepada Mas Pangarep untuk membukakan tangannya dari pandangan Kang Waris agar dirinya bisa cepat keluar dari kamar nenek. Namun yang terjadi, Mas Pangarep tidak mengijinkan hal tersebut sampai Kang Waris bisa menjawab pertanyaannya. Dengan terpaksa, Kang Waris pun akhirnya memberikan jawaban yang singkat dan padat.

Kadang, manusia itu seperti kalajengking. Dia mampu meracuni atau menyerang dari belakang.

Mendengar jawaban dari Kang Waris, hati Mas Pangarep pun tersentak. Ia pun langsung membukakan tangannya dan mempersilahkan Kang Waris untuk pergi meninggalkan kamar nenek.

Ibu dan Bapakku langsung menantap Mas Pangarep. Mereka berdua benar-benar paham dengan perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Kang Waris kepada Mas Pangarep. Bersamaan dengna itu, Mas Pangarep pun meninggalkan kamar dan menuju kembali ke kamarnya sendiri. Sedangkan ibu, hatinya masih diselimuti dengan perasaan yang sedih dan penuh kekhawatiran. Beberapa kali dia mengatakan kepada bapakku untuk segera meninggalkan rumah ini sembari membawa nenekku agar bisa selamat dari jeratan pesugihan yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga besarnya. Beberapa kali dia mengatakan kepada bapakku untuk segera meninggalkan rumah ini sembari membawa nenekku agar bisa selamat dari jeratan pesugihan yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga besarnya.

Pada malam harinya, seluruh keluarga berkumpul di satu meja yang sama. Terdiri dari Mbak Ayu, Mbak Neneng, Mas Sugeng, Mas Krishna, Mas Pangarep, Mbak Ina dan juga ibu. Mereka semua sedang membahas terkait kejujuran masing-masing mengenai siapa orang yang benar-benar ingin menjatuhkan ibu secara terang-terangan. Rapat kali ini, bapak yang membukanya agar suasanan terasa sangat ringan namun juga sedikit serius.

Ada apa ini? Kenapa kita semua dikumpulkan?” Tanya mas sugeng kepada bapak

Jadi begini, mas. Kita tahu jika hari-hari ini, ibu sering melakukan kejadian aneh. Dia seringkali berteriak-teriak tidak jelas bahkan sampai kerasukan. Setelah aku cari tahu, ternyata ibu mendapatkan serangan langsung dari keluarganya sendiri. Yang ingin aku tanyakan, siapakah dari kalian yang benar-benar melakukan hal sejahat itu kepada ibu? Bukankah ibu kalian yang melahirkan, menyusui, memberi makan, mengajarimu cara berbicara yang baik dan juga menghidupi kalian dengan cara yang baik juga? Mengapa ada salah satu dari kalian melakukan hal sekeji ini? Dimana hati nuraninya jika mengetahui ibu yang telah melahirkan kalian, namun salah satu dari kalian sendirilah yang membunuh ibu dengan menjadikannya sebagai tumbal?

Penjelasan dari bapak ini pun membuat ke-enam anggota keluarga lainnya menjadi terdiam. Mereka semua tidak berkata apapun melainkan saling menatap satu sama lain. Penjelasan dari bapak ini pun membuat ke-enam anggota keluarga lainnya menjadi terdiam. Mereka semua tidak berkata apapun melainkan saling menatap satu sama lain.

Mas. Aku sebenarnya agak shock mendengar hal ini. Namun, jika memang dari keluarga kita yang melakukannya, untuk apa kita melakukan hal tersebut? secara faktanya, ibu itu orang kaya. Dia memiliki dua pabrik bawang terbesar di kota ini. Jika anggota keluarga kita juga yang melakukannya, kemungkinan semuanya akan mudah diketahui karena secara ritualnya sendiri, pelaku akan melakukannya di rumah ini.” Jelas Mbak Ayu.

Bapak menghela nafas sebentar. Dia kemudian menatap wajah ibuku yang masih memikirikan nasib dari keselamatan dari Nyi Endang.

Memang benar, Mbak Ayu. Pesugihan itu harus melakukan ritual dan umumnya akan dilakukan di dalam rumah. Namun, untuk pesugihan ini, berbeda dengan pesugihan lainnya. Aku tidak sempat mengatakan hal ini kepada kalian karena di anggap sangat rahasia. Tapi, pernahkah kalian berpikir jika ritualnya berada di luaran rumah? Dan itu dilakukan di dua tempat yang sangat berbeda. Satu dilakukan di bagian utara dan satunya sudah dilakukan di bagian timur. Di bagian timur ini, dia sudah melakukan sebuah ritual pada sebuah gunung yang terkenal dengan tempat pesugihan itu berlangsung.”

Mendengar hal tersebut, Mas Pangarep naik pitam. Ia pun langsung menggebrak meja dengan keras dan menghadapkan pandangan wajah kesalnya kepada bapakku.

"Bajingan kamu! Tidak semua dari apa yang Kang Waris katakan benar adanya! Dia hanya memperalat keluarga kita agar kita percaya kepadanya. Lalu, kita akan membayar Kang Waris dengan bayaran yang besar agar dirinya bisa membantu kita! Ini jaman sudah modern! Tidak usah mengaitkan dukun dalam keluarga kita!”

Bapak hanya terdiam. Ibu membantu menenangkan Mas Pangarep yang benar-benar sudah di tahap sangat emosional. Sepertinya, Mas Pangarep memang tidak menyukai bapak sejak lama. Hal ini dibuktikan dengan perkataan Mas Pangarep yang sangat kasar dan menyakiti hati bapakku. Namun, segala kalimat menyakitkan yang dilontarkan oleh Mas Pangarep, bapak tidak pernah membawanya ke dalam hati.

Bapak sudah menyadari karakter dari Mas Pangarep yang memang sedikit agak kurang baik di bandingkan dengan keluarga lainnya. Akhirnya, dari pertemuan keluarga tersebut, bapak menyadari bahwa hal utama yang dilakukan oleh bapak dan ibuku adalah membawa Nyi Endang untuk pergi dari rumah ini. Karena, dari pertemuan yang baru saja dibahas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu pun dari anggota keluarga yang percaya jika nenekku benar-benar akan dijadikan tumbal.

Pertemuan itu pun akhirnya berakhir. Ibu dan bapakku masuk ke dalam kamar. Sempat terdengar suara bisik-bisik aneh di luaran kamar. Tampaknya, ada beberapa orang yang sedang berseteru dan beradu mulut terkait argument yang dikeluarkan bapak sewaktu pertemuan itu berlangsung. Perlahan, bapak mengintip lewat lubang pintu yang masih terlihat sedikit jelas walau agak samar-samar,

Mbak! Ini gak bisa dibiarin! Kalau ibu keluar dari sini, rencana kita akan gagal! Coba yo dipikir lagi!” Jelas Mas Pangarep dengan suara yang lantang.

Kamu sabar, dulu. Kita cari waktu yang tepat supaya suami Esa bisa keluar dari sini. Kamu tahu, kan? Temannya itu yang telah membahayakan keberadaan kita.” Jelas Mbak Ayu

Jadi gimana solusinya, mbak?” Tanya Mas Pangarep

Mereka berdua pun berbisik-bisik. Seperti sedang merencanakan sesuatu yang kemungkinan besar itu adalah rencana yang akan membuat bapakku dan juga ibuku keluar dari rumah ini.

Oke, mbak. Malam ini akan aku lakukan.”

Jangan sampai bocor. Itu cara satu-satunya agar kita bisa menjalankan ngipri ketek dengan baik.”

Deg! Bapak akhirnya tahu siapa pelaku di balik ini semua. Ternyata, dugaan bapak sangat kuat. Entah Mbak Ayu atau pun Mas Pangarep, keduanya benar-benar ingin melakukan sebuah pesugihan yang bernama “Ngipri ketek”

Jika ini dibiarkan, maka keselamatan dari Nyi Endang bisa dipersulit dan sangat membahayakan. Kedua tangan bapak sudah menggenggam ganggang pintu, namun, bersamaan dengan itu, ibu langsung menepuk pundak bapak.

Pak? ada apa?” Secara bersamaan, Mbak Ayu dan Mas Pangarep tahu akan suara itu. Mereka berdua pun segera meninggalkan tempat tersebut karena suara yang dilontarkan oleh ibu cukup membuat Mbak Ayu dan Mas Pangarep sedikit terkejut.

Ng-ngga ada apa-apa, bu.”

Bapak yakin gak ada apa-apa?”

Iya, bu.”

Pak. Perasaanku kok gak enak, ya?”

Jangan lupa, bu. Baca surat an-nas tiga kali buat nenangin diri. Itu sangat ampuh dari gangguan jin dan yang lainnya.”

Nggeh, pak.”

Malam harinya, bapak dan ibuku sedang tertidur. Tepat saat itu, mereka berdua sedang dalam keadaan yang benar-benar saling mengkhawatirkan dimana ibu sedang hamil anak pertama (kakakku). Namun, saat itu, suasana malam berbeda dari malam lainnya. Kening ibuku sedikit pening dan dia memimpikan sesuatu yang aneh dari tidurnya.

Ibuku bermimpi di datangi sosok hitam besar dan bertanduk dengan sorot mata merah yang menyala. Sosok itu bermaksud mengambil bayi yang masih di kandung ibu. Usia kandungan ibu masih tergolong cukup muda. Berkisar 3 bulan-an. Namun, rasanya ibu sedang hamil 7 bulan. Perutnya seringkali mengalami rasa sakit yang tiada taranya. Saat dimana sosok hitam itu mendatangi lewat mimpi itu, sosok itu mulai memberikan peringatan kepada ibu. Dia berkata,

Pergi kalian dari sini! Kalau tidak, semua turunanmu akan mati!” Alhasil, ibu pun terbangun dari tidur. Ia langsung berteriak ketakutan saat memimpikan sosok hitam yang mengancam keselamatan anak-anaknya kelak.

Ada apa, bu?”

Pak. Aku barusan dimimpiin sosok hitam besar, memiliki tanduk dan matanya sangat merah. Dia meminta kita untuk pergi dari rumah ini. Kalau tidak, keturunan kita akan mati semua!”

Bapak pun mengelus-elus perut ibuku sembari dibacakan sholawat dan beberapa surat penenang dari gangguan-gangguan ghaib.Dan benar saja. Saat bapak membacakan sholawat dan surat-surat al-qur’an, tiba-tiba, terdengar dentuman keras dari arah depan rumah. Bapak kemudian buru-buru untuk pergi ke depan rumah. ibu bermaksud ingin ikut dan melihatnya, namun bapakku melarang karena yang terjadi di depan bukanlah sebuah dentuman biasa, melainkan dentuman serangan dari bangsa ghaib yang mencoba mengganggu keduanya.Saat dimana bapak keluar, dia pun akhirnya melihat sesuatu yang di luar dari dugaannya. Bapak pun langsung mengelus dada sembari membacak istighfar sebanyak-banyaknya.

Tepat di hadapan gerbang depan rumah, sudah berdiri sosok hitam yang memilliki tanduk dengan sorot mata berwarna merah menyala persis apa yang diceritakan oleh ibuku saat dirinya bermimpi. Sosok itu kemudian menghentakkan kedua kakinya sebanyak tiga kali. Alhasil, terciptalah getaran hebat yang membuat bapak jatuh beberapa kali karena getaran hebat tersebut. Sosok itu tertawa kegirangan. Bapak yakin, sosok itu adalah kiriman yang berasal dari salah satu anggota keluarganya yang mencoba untuk mengusirnya dari rumah tersebut.

Sopo sing ngirimmu maring umah iki?” (Siapa yang mengirimmu ke rumah ini?)

“Pilihanmu mung loro. Arep metu opo mati nang kene?”(Pilihanmu hanya dua. Mau keluar apa mati di sini?) Bapak mencoba untuk tenang. Sejatinya, sosok itu ingin menghancurkan keyakinan dan membesarkan keraguan yang ada di dalam hati dan pikiran bapak.

Sopo aranmu?” (Siapa namamu?)

Kala Ireng.”(Kala hitam)

Sopo sing merintah awakmu?”(Siapa yang memerintah kamu?)

Rojo ketek!”(Raja Monyet!)

Bapak langsung mengambil air dari dalam rumah. lalu air tersebut di bacakan dua kalimat syahadat dan bacaan lainnya, lalu disiramkan ke arah gerbang depan rumah. Dengan seketika, muncul kobaran api kecil berwarna merah kebiruan, lalu ditutup dengan suara tawaan dan asa tipis yang mengepul di sekitarannya.

Bersamaan dengan itu, ibuku berteriak kesakitan. Bapak langsung masuk ke dalam kamar. Ia langsung melihat perut ibu sudah terdapat cakaran seperti cakaran hewan buas yang menyilang di bagian atas pusar hingga di bawahnya. Ternyata, saat bapak sedang mengambil air di dalam rumah, sosok jin kala hitam itu telah dulu menyerang ibu sebelum akhirnya bapak mengusirnya dengan cara menyiraminya dengan air doa. Lalu, dari luaran kamar, bapak mendengar suara seseorang yang sedang membacakan mantra tepat di depan kamarnya.

Ternyata, jin kala hitam itu telah berbohong. Dia bukanlah suruhan langsung dari rojo ketek (raja monyet) melainkan, dia dikirim oleh salah satu anggota keluarga yang kebetulan ingin menghabisi ibuku dan mengusirnya dari rumah agar ritual “ngipri ketek” bisa dijalankan dengan sempurna.




Bagian II ...............................






 
Back
Top