[SHARE] RinChan's Recycle Bin

Weleh2. Inih perpaduan antara puisi dan seni potograpih. Harus dipantau inih... :ngintip:
Sesekali aja abang. 🤪 Hehehe...
Kau bagaikan ikan Hiu yg berenang dgn indah di tengah lautan..
Bagaikan Bulan Purnama di tengah malam..
Begitu cantik dan indah, namun tak dapat diraih..
Bagaikan hiu.. 🦈 Cakepz bang. Makacy ya dah sudi corat coret. 😍
 
Ode Luka

puntung-puntung rokok berserakan
botol-botol tergeletak
kuhitung, satu, dua, tiga, empat ...
teringat deret puisimu
inisial “R”
saat bara menderas
hingga pagi beraras
namun aku masih haus nian, sayang

hujan turun rimis-rimis
pada lengkung cakrawala tipis
rembulan tersungkur dalam gelap
dan kecewa ...
kau aku lelah menghitung kealpaan
karna mencari tidak selalu menemukan
itu yang kau sebut sebagai batas, bukan?

burung terbang makin gelisah
malam menghamburkan kenangan pucat
seribu kunangkunang menyeruak
kita didera keindahan yang
menyesakkan dada
kau buka jendela
langit amis darah

pecut jantung kian menderah
jauh teramat dekat, sayang
lupakan ... lupakan!

angin menggetarkan dedaun
kau bacakan aku sajak-sajak usang
kuceritakan padamu tentang lukisan
yang tak pernah dimengerti
kuhibur kau dengan cinta yang setia
karna, setia adalah hiburan bagi cinta

namun menyisakan tapi
... pisau sudah tergenggam
dan ritus harus berjalan
karena kita terlalu tak mampu bersidekap
ranjau dan jerat membuta
kita terperangkap

ayo, mulai ... carilah akhir
berawal dari epidermis
dan bulu-bulu tipis
mengusap sedikit menekan
makin ke dalam
makin basah makin perih
terus menari mengiris-iris belantara nesatapa
mempermainkan batas nadi/vena

tahukah kau rasanya
mengorek segala luka-luka purba
sambil mencari anak-anak yang hilang
bagai terus mengusap duka beralang
lekas beri aku satu gelas lagi
sebab entah kapan gulita akan usai
sedang aku makin haus, sayang

lolong anjing sunyi luas sepadang
pada hari-hari kita yang adalah perang
oi, cinta bermata pedang!

terlalu lama kita lupa bagaimana bersidekap
bagai lembar-lembar berserakan
tercerawut
terputus
dan tak pernah lengkap
simpanlah pada diri
dan sendiri

kau dengar ...
tapak kuda menjauh berderap
hendak lari dari peradaban
cinta hanya langit gelap, sayang
yang mati seharusnya hidup
yang hidup seharusnya mati

sampai kita pada tapal batas
sudah ...
jangan pernah kembali, sayang
jangan pernah kembali,
simpan saja buat diri
yang terlalu sendiri



: puisi terakhir untuk dia dan segala kenangan akannya
 
Mimpi semalam



sinar rembulan pucat
tenggelam dalam gulung gelombang
bintang berguguran pada batas malam

di kedalaman samudera
seorang gadis tidur memeluk mutiara
sembunyi dalam cangkang penuh lumut
berharap seseorang akan membukanya
mengajaknya berbicara
tentang hujan
matahari
padang ilalang
secangkir kopi hangat
atau mungkin tentang segenggam cinta
dan berbotol-botol nestapa

pesan dalam kaleng
entah tiba di tepi pantai yang mana
tua dan menguning
menggigil ditelan sepi

tak berperi … tak berperi …
 
tetirah


di balik epidermis
kenanganmu tertata apik
sebab ruang/waktu,
nasib tak pernah berpihak
pada tubuh ini
yang sebatas rumah singgah

hatiku
sebagian besar telah menghitam
di bawah langit kelabu
mencarimu di antara rerintik hujan,
pada setiap cerita
yang tak pernah selesai terbaca

kau tahu....
betapa sunyi air mata itu
ia bagai seutas awan kapas

terambang di atas padang sabana luas.

jakarta, 19/03/21
 
Sebuah jendela tua,
tembok retak dan sejarah...
Pohon meranggas,
daun bergugur
tertiup angin.
Pics-Art-08-29-08-15-34.jpg

Kudengar suara itu
berbisik tertahan:
Aku pernah di sini

bersamamu...
 
Kenangan pada sebuah pelabuhan kecil


Anda tetap mencari bayangannya,
Walau hanya sepintas jejak ...
Apa yang terlacak pada lelaki yang hinggap
?


Dihinggapi. Menghinggapi. Saling hinggap. Telanjang. Ditelanjangi. Menelanjangi. Saling menelanjangi. Hisap. Dihisap. Menghisap. Saling hisap.


Gigit. Digigit. Menggigit. Biar saja sekalian saling gigit. Pagut dipagut. Memagut. Saling pagut. Ada yang terenggut ... Terkam. Diterkam. Menerkam. Ingin lekas saling terkam. Tidak dapat diredam. Rindu juga dendam.


Saling melepas kesepian. Butuh kehangatan. Peluk. Dipeluk. Memeluk. Saling peluk. Berpelukan erat. Tak ingin lepas. Cium. Dicium. Mencium. Lebih baik saling cium. Berciuman. Panas. Masuk ke dalam percintaan. Larut dalam perkelaminan.


Sakit. Disakiti. Menyakiti. Mengapa harus saling menyakiti? Menyakiti dari dalam. Menyakiti sampai ke dalam. Menyakiti teramat dalam. Ditinggalkan. Meninggalkan. Mengapa harus saling meninggalkan? Sebenarnya anda ingin ia tetap tinggal.

Tangannya tak akan melingkar lagi di pinggang.
Dari belakang.
Tak dapat terulang.
Anda akan kehilangan.

Sudah kehilangan
 
Di Tepi Ranjang itu

di tepi ranjang itu
bibirnya hangat dan basah
perlahan menyapu epidermis
membelai tulang belikat
menyentuh tanganku yang terikat


aku mendesah tertahan


tangannya ramah
mencengkram
tubuhku yang kalut dan gemetar
turun makin ke bawah
menemukanku sudah basah


betapa aku tak sanggup
menidak bara itu


dia merasuk masuk
ke dalam hati dan tubuhku
yang kian kelam dan terpatah
menorehkan kengiluan
kerisauan
nikmat


aku hangus terbakar
dalam kembara
tiada tara


*Ah betapa aku hasratkan dia 🙈
 
malam paskah

tutuplah mata ketika sedang bercinta
kau tak perlu tahu
siapa mengantarkan kau pada tuhanmu
kau mendengus resah
sambil mendekapku gelisah

kau terlalu ragu menanggalkanku
tangis tanpa suara
membuat kau terus menunda
pejamkan matamu, sayang...

apa yang dapat membuatmu lega?
kau ingin aku datang pada jagaljagal itu?
ya aku akan melakukannya untukmu
lepaskan tanganmu, sayang...

bersama beberapa botol anggur
kau jadikan aku hidangan
sebuah perjamuan malam kudus
tamutamu berkepala pelanduk
taringtaring saudaramu
melahapku dengan riang

sayup suara litanilitani panjang
kau masuk ke ruang baca
mengunci pintu rapat-rapat
gemetar...
jangan menangis, sayang

tutuplah mata ketika sedang bercinta
kau tak perlu tahu
siapa mengantarkanku pada tuhanmu
kau mendengus resah
sambil membaca salam maria
dalam gelisah

Selatan Jakarta-WSJ
 
lirik masokisme

kembali ke dunia yang hanya milik kita berdua

satu persatu bajuku kau tanggalkan
kau menyesahku sambil menciumku lamatlamat
tanpa dekapan hangat

katamu:
"kau perempuan jalang
dari kumpulan yang terbuang"

ya,...
luka dan bisa kubawa berlari
sekalipun pedih

hatiku terpatah
namun kau kian mengeras
lantas aku makin resah
makin basah

kau bacakan surat para rasul
ayatayat yang tak kumengerti
serupa mantra menderah
mengaburkan nikmat/perih

tak henti kau menyesahku
sambil membaca doa bapa kami
mari...
salibkanlah aku kembali

sayang,...
bukankah Kristrus terpaku salib hanya sekali?

#puisipenggantiabsensigereja
 
Gudang


dalam tubuhku
ada biduk yang hendak menepi
di sebuah pelabuhan sepi
ada ruang yang haus akan isi
ada gadis kecil yang ingin bermain
tangkap-sembunyi
ada janji yang tak pernah ditepati
ada kenangan yang lekat
pada tiap jengkal epidermis
ada hujan gerimis
ada botol-botol kosong berserakan
ada rindu yang salah alamat
ada kepiluan tersisa
di ujung jentik jemari
ada pertemuan yang terlupakan
ada kesiasian tak terpetakan
ada cerita rahasia: tentang kita
dan ada keterarahan padamu
yang entah apa



🙈
 
objet petit a


di malam-malam seperti ini
kerap kuberpikir tentangmu
objek penyebab hasratku
kau yang bukan kau
tapi pasti kau
dan kau lagi

kau mengada di antara
tatanan nyata dan simbolis
sesuatu yang hampir tergapai
namun selalu luput dari gengaman
kekosongan dalam diri
tak kan penuh terisi

hasratku sederhana saja:
pendar pantulanmu dalam cermin buram
ah sudahlah kau perkara usang

yang selalu jadi bayang-bayang
 
gadis hujan

di balik pintu
yang tertutup rapat
kita berdekapan
bagai cerita tersembunyi
dalam derai rinai hujan

kau berikan untukku
selarit angin..
setangkai sunyi...
selintas rembulan....
dan seonggok keresahan.....

hujan reda
kau bersamaku tiada
mungkin terang hari

hanya milik bidadari
 
catatan rindu

di luar hujan...
pagi macam apa yang kau jalani?
di sini aku tetap setia
merangkai kata, memupuk kerinduan
sambil menghisap sebatang rokok
dan minum kopi

seandainya rindu ini masih punya arti
kau akan datang membawa keresahan
menebus harihari yang hilang
sambil menambah kesiasiaan tadi siang

kita akan bertukar pikiran
sebagaimana kita bertukar cairan
sekaligus saling menggenapi perasaan
kemudian harihari berlalu
seperti biasa
penuh keajaiban
dan kesempatan yang hilang


 
via negativa

untuk kau yang menulis
sajak-sajak revolusi, pelaminan,
kenangan, kembara
dengan tubuh, pena, cinta
dan duka lara

tak ada yang perlu dihitung
harihari berlalu bagai omong kosong
karna makna hanya pelipur lara
agar kita tak lekas mati muda

tak hujan pagi ini
tak kau

tak aku
 
catatan insomnia

burung malam berkicau lirih
semacam tangis terbawa angin
sayup terdengar dalam latar mimpi
seorang anak dara tentang langit
yang berkeping di kejauhan

lantas lara merasuk tibatiba
terselip di antara celah asa
bagai cerita tersembunyi
mengisi ruang dengan sunyi,
dengan semua yang telah pergi

begitu jauhkah jarak
antara kenyataan,
kenangan

dan pelupaan?
 
Back
Top